Dimana Segala Rasa Kan Terbias...

Sunday, September 4, 2005

Bismillahhirrahmaanirrahiim......

Udah lama nih daku tidak mengutak-atik blog yang kucinta.... Bukan apa-apa nih blog, cuman ga ada waktu yang pas aja.... Mana jarang ke warnet lagieh.... Padahal ide itu lagi menumpuk-numpuk dengan begitu derasnya (lho? kok kayak hujan?), hehehe... Oke kalo gitu, this is the time, this is the place..... Lets the Journey begins.....




============================================================================


Selama ini jarang aku menulis. Yap, rasa malas yang menggigit membuatku jauh dari buku puisiku... Tapi tak apa, aku kini kerap berkorespondensi dengan seorang teman yang sama-sama menyukai poem, tapi dengan cara yang begitu aneh. Via SMS alias short messaging service. Dan dengan kata-kata implisit sampai terkadang aku pun tak mengerti apa maksudnya... Inilah derap hati seorang kawan.....


" Diam dikala siang, menatap lubang keranda.
Menilik pasir demi pasir, mencari mutiara gading.
Tangisan kepiting tak banyak mengais, tertera kelumpuhan akal ini..
Wahai sang pembias hati, kemana berlianku pergi? Rupa enggan mengait, meluncur bagai gasing.."


" Sungguh jemariku takkan pernah menggenggam, merasakan kecemasan, dimana kamu? "



" Kalau CINTA teruntuk seluruh insan serta TULUS dan MURNI, mengapa harus ada
kata-kata:
' Aku dulu PERNAH cinta padanya.' ?
Jika CINTA itu TULUS, kenapa ada orang dengan MUDAH mengatakannya pada
KEKASIHnya
dan BERHENTI mengatakannya pada MANTAN KEKASIHnya ?
Bila CINTA itu baik, mengapa ada orang yang BENCI DICINTAI dan ENGGAN
MENCINTAI ?
Jika CINTA itu UNIVERSAL, mengapa orang lebih SERING mengucapkannya pada
KEKASIHNYA dibanding epada AYAH-IBUNYA ? "


" Percuma berharap bintang jatuh.
Butuh usaha beribu-ribu untuk melihatnya melambai.
Lihat saja bulan.
Datang sendiri.
Menyinari.
Menerangi.
Menguatkan dan,
Indah. "


" Bosan dengan wajah palsu dunia.
Bosan dengan melihat keraguan hati.
Bosan menanti batman.
Bosan mencari gitar.
Aku ingin beroleh.
Aku ingin tamasya dengan rujak. "


" Merahasiakan kerinduan.
Sahabat sejati pergi ditelan gelap sang malam.
Merasakan kerikil tajam menusuk telapak kaki.
Dimana kau simpan jubah persahabatan sungguh.. sepi "


" Melawan derasnya ombak samudra pasang hanya dengan ringkih tubuh yang dipenuhi
goresan luka kesunyian, dimana kamu? "



" Layakkah aku menabur benih di tengah rawa tandus?
Hanya akan jadi tawa burung pemangsa.
Tidakkah aku terbungkah saat bulan mengerjap jiwanya?
Pisah raga? "


" Bunga.
Cuma kamu yang dapat menawarkan aroma kesejukan.
Cuma ada aku di sampingmu.
menolehlah... "


" Jangan takut pasti banyak kumbang yang senantiasa menghibur.
Aku akan memberikan kenyataan seperti persahabatan abadi antara bintang yang
setia menemani bulan. "


" Awan hitam menyelimuti bulan.
Terperangkap dalam gelap.
Merangkul bayang mendekap mimpi.
Aku ingin kamu disampingku. "


" Wahai bunga, meskipun dunia diselimuti jubah kegelapan.
tenang jangan menangis sendirian ada aku disampingmu.
membawa jubah persahabatan.
simpan baik2. "

" Jangan pernah mengukir kesedihan.
Wahai bunga yang terjaga keharumanmu.
tetaplah ada dalam lingkaranNYA "



Itulah sekilas cerita tentang aku dan kawanku yang kerap kali jadi saksi bisu ketidakmampuan dunia dibawah kuasaNYA. Seringkali wajah ini berubah kelu melihat raut dunia yang menjadi sinis akan kemurnian hati seorang anak bumi. "Dunia ini kejam, bung." adalah kata-kata yang meghiasi setiap sudut jalanan dan jalan tikus di daerah bertitelkan METROPOLITAN.

Ironis?

Hah.

Ini sudah menjadi sesuatu yang wajar sifatnya.

Sehingga CINTA itu harus diberikan pada makhluk tertentu saja.

Sehingga anak bumi yang merebakkan CINTA ke semua yang ditemuinya nya dianggap memenuhi syarat sebagai salah satu "penebar pesona" dan "player".

Dunia memang sudah gila.

Beracun.

Aku tak mau ikut teracuni.

Tapi racun itu sudah merebak ke lingkungan yang kusayangi,,,,,,,,,,,

Aku . . . tak ingin jadi itu . . .
Aku . . . takkan mau . . .
Tapi . . . mampukah aku berteman dengan karang itu ? ? ? ? ?




= masih berbisik dan terus berbisik =

====================================================================



++++ fanni dengan untaian kawat seorang sahabat, Garang Setiawan ++++

No comments: