Dimana Segala Rasa Kan Terbias...

Wednesday, April 8, 2009

aku dan pak pos - 1

Dengan pelan ia melaju sepeda motornya yang butut. Terkadang sesekali ia oleng ke kiri dan kanan akibat beban sepeda motornya yang kadang berat sebelah. Susah payah ia seimbangkan tubuhnya agar karung goni berwarna coklat di sisi kanan dan kirinya tak terjatuh. Karena isi karung itulah hidupnya.

Perlahan ia menepi di depan rumahku.
Ia membunyikan klakson satu kali.
Aku bergeming.
Masih mengamatinya dari balik jendela kamarku yang terletak tepat di hadapan pagar rumah.
Ia mematikan mesin.
Ia turun dari motornya.
Ia mengeluarkan sebilah papan dengan kertas menempel diatasnya sambil merogoh-rogoh sakunya.
Perlahan dikeluarkannya sebuah kacamata dari saku jaketnya dan memakainya.
Ia dekatkan papan tadi ke dalam jarak pandangnya.
Ia lalu mengangguk dan menggumamkan kata-kata yang tak terdengar olehku.
Tak lama kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop coklat dari karung goni coklatnya, dan tersenyum.
Aku, yang mengamatinya sedari tadi, sejenak terkejut melihat senyumnya.
Tampak rona bahagia di wajahnya.
Ia bergerak ke sebelah kanan motornya lalu membunyikan klakson satu kali, lagi.
Tapi kali ini ia lanjutkan dengan teriakan lantang:
"Poooos!!"

Aku terlompat dari kursiku dan berjalan ke luar rumah.

"Ya, pak?"
"Ini neng, ada surat.. Dari BPK, neng.. Kayaknya ini buat abangnya deh. Alhamdulillah ya neng diterima!", ujarnya sambil menyodorkan amplop coklat tadi padaku.
Sebentar kuamati amplop itu. Aku tersenyum. Itu untuk abang.
"Oh iya betul pak, ini buat abang.. Tapi belum lolos semua pak, ini baru tahap pertama.. Doain aja ya pak..!", jawabku.
"Iya neng, bapak doakan! Semoga diterima yah!", sahutnya.
"Amiin. Terimakasih ya pak!", ujarku.
"Sama-sama neng. Mari..", jawabnya.
Aku tersenyum padanya, lalu melanjutkan senyumku sambil berjalan ke dalam rumah. Tak sabar memberi kabar bahagia pada keluarga.

~*~*~*~*~*~*~

Tiga minggu kemudian ia datang lagi.
Saat itu aku sedang menyiram tanaman di pekarangan rumah.
Ia tetap membunyikan klakson satu kali dan berteriak:
"Poos!"

Aku menghampirinya sambil bertanya:
"Dari mana pak?"
"Ini neng, dari BPK lagi! Mungkin ini pengumuman diterimanya, neng!", jawabnya dengan mata berbinar-binar penuh semangat.
Kupandangi amplop coklat itu. Lalu aku tersenyum.
"Belum pak, baru tahap berikutnya.."
"Oh gitu neng. Gapapa neng. Bapak selalu berdoa supaya diterima lho neng!", ucapnya bersemangat.
Mau tak mau aku tersenyum mendengarnya.
"Makasih banyak ya pak!"
"Sama-sama neng!", jawabnya sambil menyalakan mesin dan berlalu.

~*~*~*~*~*~*~

Tiga minggu kemudian tak ada kabar apapun.

~*~*~*~*~*~*~

Senin itu aku terkejut melihatnya datang pagi-pagi sekali.
Biasanya ia lewat siang/sore hari.
Ia berhenti di depan rumahku, membunyikan klakson dan berteriak:
"Poos..!!"

Aku mendatanginya.
"Ini dari BPK neng. Buat abangnya."
"Oh iya pak, makasih pak!"
"Ini harusnya sabtu neng, tapi waktu sabtu saya kesini ga ada orangnya. Jadi saya simpenin suratnya. Kan surat penting neng, takutnya kalo saya taroh aja bisa basah,rusak atau bisa-bisa ilang neng. Nah hari ini saya baru muter, tapi ga dapet daerah sini. Tapi karena ada waktu jadi saya mampir anter surat ini dulu.. Maaf ya neng, jadi terlambat suratnya.."
Aku terdiam sesaat.
Teringat bahwa sabtu kemarin aku dan keluarga ke luar kota.
Subhanallah..!
Masih ada orang yang peduli akan nasib orang lain..
Tanpa surat itu, abangku tidak bisa ikut tahap berikutnya.
Dan pak pos, bapak dengan tubuh kecil yang hitam tersengat matahari, menjaga surat itu agar sampai benar ke tujuannya.
Betapa bangganya aku akan pak pos.
Yang senantiasa tersenyum dalam menjalankan tugasnya.
Yang menjaga surat-surat dalam karung goni coklatnya agar tidak rusak.
Dengan ikhlas membantu sesama.
"Waduh pak, makasih banyak udah disimpenin. Sabtu kemaren pada pergi keluar kota pak, makanya sepi.. Makasih ya pak!"
"Sama-sama neng.. Bapak juga tau susahnya cari kerja jaman sekarang.. Soalnya anak bapak juga seneng kalo dapet surat pangilan kerja..
Bapak doakan supaya lanjut terus sampai diterima ya neng!"
"Amiin..! Trimakasih pak!"
"Iya.. Mari neng!"

~*~*~*~*~*~*~

Hampir dua minggu berlalu.
Pengumuman akhir seminggu lagi.
Dan pada saat itu aku akan berada di pekarangan.
Menunggu.
Menunggu seorang bapak dengan sepeda motor tua yang akan mengklakson satu kali dan membawa kabar gembira dengan berteriak:

"Poos!!"

No comments: