Dimana Segala Rasa Kan Terbias...

Tuesday, May 20, 2008

Kungkungan? (lagi)

Hari ini aku berbincang dengan seorang temanku lewat dunia maya. Dia adalah sahabatku di bangku kuliah. Sudah lama aku tak berbincang dengannya. Perbincangan kami berlangsung begitu seru sampai kami mencapai topik pembicaraan mengenai kedekatannya dengan seseorang yang dulu sempat kuperhatikan. Ternyata mereka tidak sedekat dulu lagi. Dan ia bercerita tentang dirinya yang terpaksa bekerja di perusahaan milik keluarganya dengan bidang yang sama sekali tidak disukainya, bahkan bersebrangan dengan ilmu yang diperolehnya ketika kuliah dulu. Ini terjadi karena ia tak kunjung memperoleh pekerjaan sendiri. Berbagai usaha telah ia lakukan namun belum membuahkan hasil.

Pekerjaannya di perusahaan keluarga membuat dirinya mau tak mau harus berhadapan dengan keluarganya setiap waktu. Dari sinilah muncul perlahan keinginan yang kuat dari sang ayah dan ibu agar putrinya ini segera menikah dengan lelaki yang pantas. Dua orang lelaki telah melayangkan lamaran. Keduanya ditolak atas permintaan sang anak.

Mengetahui hal itu aku lalu bertanya,

”Apa sih yang kau mau? Yang seorang sudah mapan, siap menikah, dan menjamin kesejahteraan finansialmu. Seorang lagi sungguh taat beribadah. Apa yang kau inginkan lagi? Semua ada di depan matamu, tinggal kau pilih yang mana kau suka..”

”Bukan masalah itu teman. Orang pertama, matanya itu lho, melihatnya saja aku malas, terlalu terbaca, mata hidung belang!”

”Wah itu sih jangan. Kalau yang seorang lagi?”

”Dia terlalu alim. Aku takut nanti ketika menikah disuruh mengenakan cadar dan dilarang bernyanyi-nyanyi lagi.. Aku ingin orang yang biasa saja, yang sedang-sedang saja, tidak terlalu alim. Umur tidak masalah, yang penting punya penghasilan yang lebih besar dari aku, karena aku tak mau nanti uang jadi masalah dalam pernikahan..”

Mendengarnya aku tertegun. Betapa manusia memiliki beragam preferensi dalam hidup. Pilihan selalu berbeda bagi setiap orang. Kriteria begitu berbeda bagi setiap manusia. Namun ada kalanya kita lupa untuk berkaca pada diri sendiri. Kriteria seperti apa yang kita miliki? Dan hal itu membuatku bertanya lebih dalam pada diriku sendiri, sudah pantaskah aku untuk mengajukan kriteria atas calon suamiku?

No comments: